Albanis
Alda Novitasari
Jurnalisme Musik
Siapa pun yang pertama kali mendengar nama Albanis mungkin akan berpikir bahwa ini adalah sebuah grup musik religi. Nama yang terdengar lembut dan berkesan Islami ini memang kerap membuat orang terkecoh. Namun, begitu panggung menyala dan suara musik mulai mengalun, para penonton akan dibuat tersentak. Bukan lantunan religi yang terdengar, melainkan dentuman semangat dari genre dangdut koplo yang dibawakan dengan gaya khas anak muda masa kini.
Band Albanis terbentuk pada tanggal 15 Februari 2023 oleh sekelompok anak muda yang punya satu kesamaan: cinta terhadap musik, terutama musik yang bisa menggoyang panggung dan hati penonton. Nama Albanis sendiri berasal dari salah satu personelnya, yakni Albani, yang kemudian ditambahkan huruf “s” di belakangnya agar terasa seperti nama grup. Menariknya, meskipun nama tersebut terkesan kalem dan religius, semangat dalam bermusik mereka justru mengarah ke genre yang jauh dari itu—dangdut koplo.
“Banyak yang salah paham awalnya,” ujar mereka dalam wawancara. “Kirain band religi, ternyata koplo. Tapi justru itu yang bikin orang jadi penasaran dan akhirnya suka.”
Personel Albanis terdiri dari 7 pemain utama dan 3 pemain tambahan yang biasa hadir saat tampil di acara besar. Mereka adalah Bagus dan Rindi di gitar elektrik, Juli sebagai pemain kentrung, Adit di drum dan Rikal di kendang, Redi di keyboard, serta Edo sebagai vokalis utama. Untuk penguatan saat panggung besar, mereka dibantu oleh Ifan di bass, Bagas di biola, dan Irfan sebagai vokalis tambahan. Masing-masing anggota membawa pengaruh dan latar belakang musik yang berbeda, namun dalam proses berkarya, mereka justru berhasil menyatukan semua warna itu ke dalam satu gaya khas Albanis.
Perjalanan mereka tidak selalu mulus. Untuk menyatukan berbagai karakter dan ego dalam satu band bukan hal yang gampang. Jadwal latihan pun sering bentrok karena kesibukan masing-masing personel. Namun dengan semangat dan rasa saling pengertian, mereka berhasil menjadwalkan latihan setidaknya dua kali dalam sebulan demi menjaga kekompakan dan kualitas performa.
Panggung demi panggung telah mereka jajaki. Beberapa tempat menjadi saksi tumbuhnya band ini, seperti Skaye dan Bandar Lampung Expo. Namun ada satu tempat yang paling membekas di hati mereka: TUBABA. Bagi mereka, TUBABA bukan hanya sekadar lokasi manggung, tapi titik di mana mereka merasa dihargai sebagai musisi dan diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat.
Tidak hanya rutin tampil, Albanis juga telah berhasil merilis single perdana berjudul Kelingan Esemmu—yang berarti "teringat senyummu". Lagu ini lahir dari kisah nyata salah satu anggota yang masih menyimpan kenangan akan senyuman mantannya. Dari perasaan sederhana itu, terciptalah sebuah lagu koplo yang mengalun manis namun tetap enerjik. Lagu ini menjadi bukti bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, dan perasaan personal bisa menjadi karya universal.
Respon dari masyarakat? Sangat positif. Di awal kemunculan, mereka berhasil menarik perhatian karena “jebakan nama” yang berbanding terbalik dengan genre. Tapi bukan itu saja kekuatan mereka. Yang paling penting, mereka punya musikalitas yang matang, pembawaan yang solid, dan kehadiran panggung yang menghibur. Data Spotify menunjukkan mayoritas pendengar mereka berada di rentang usia 20 hingga 30 tahun—sebuah bukti bahwa dangdut koplo tidak hanya disukai generasi tua, tapi juga relevan di telinga anak muda.
Albanis telah membuktikan bahwa musik adalah soal rasa, bukan sekedar genre. Mereka tidak takut bereksperimen dan tetap percaya bahwa selama ada ketulusan dalam bermusik, maka akan selalu ada ruang di hati pendengar. Dengan energi positif dan karya yang terus tumbuh, Albanis siap melangkah lebih jauh dan membawa dangdut koplo ke level yang lebih tinggi—dengan cara mereka sendiri.
Komentar
Posting Komentar